Jika
seandainya anda sudah melaksanakan amalan-amalan qolbu ini belum halus, jangan
bingung apalagi putus asa karena masih ada satu metode dzikir yang lebih ampuh
dan lebih efektif dalam melembutkan qolbu, yakni berdzikir jahar mengucapkan:Laa ilahaa illalloh dengan metode tertentu, sebagaimana sabda Rasululloh SAW: Wahai Ali, kiamat tidak
akan terjadi selama di atas bumi ini masih ada orang yang mengucapkan “Laa
ilaaha illalloh”. Ali bertanya, “Ya Rasululloh, bagaimana caranya?
Rasululloh bersabda:
”pejamkan kedua matamu, dengarkan dariku tiga kali,
kemudian ucapkanlah olehmu tiga kali juga dan aku mendengarkan. Lalu Rasululloh
berkata: “Laa ilaaha illalloh”. Beliau mengucapkannya tiga kali
sambil memejamkan kedua matanya dan meninggikan suaranya, dan Ali
mendengarkannya. Kemudian Ali mengulang-ngulang lafadz tersebut juga tiga kali,
sambil memejamkan kedua matanya dan mengeraskan suaranya dan Nabi
mendengarkannya (HR Imam Ahmad dan
Tabrani).
Hadits
di atas oleh sebagian umat muslim dijadikan dasar hukum dalam berdzikir jahar
mengucapkan Laa ilahaa illalloh dengan suara keras dan menggema. Hal ini diperkuat juga oleh
hadits lain yang diceritakan oleh Ishak bin Abdurrahman dari Amir bahwa Ibnu
Abbas berkata:
Bahwasannya mengeraskan suara dalam dzikir ketika manusia selesai
sholat fardhu benar-benar ada pada zaman Nabi SAW, karena Ibnu Abbas mendengar
suara keras dalam dzikir itu (HR Bukhari). Mengapa harus keras, karena: Suara keras dalam
berdzikir bersama-sama pada waktu tertentu/ba‘da sholat fardhu akan berbekas
dalam menyingkap hijab dan menghasilkan nur dzikir (HR Bukhari).
Berdzikir
Laa ilahaa illalloh dengan suara keras dan menggema bukan tanpa arah dan
tujuan, melainkan salah satunya adalah untuk menghaluskan qolbu yang keras seperti batu dengan pukulan yang kuat
dan hentakan yang keras agar si qolbu cepat luluh sehingga mampu
mengingat/menyebut Ismu Dzat setiap saat.
Metode berdzikir jahar seperti itu bukan main-main
atau rekayasa melainkan perintah langsung dari Alloh. Simak surat Al-Baqarah
berikut: Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan
lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada sungai-sungai
yang mengalir….(74). Oleh karena
itu: Pukullah batu itu dengan tongkatmu, hingga memancarlah dari batu
itu dua belas mata air … (60).
Makna ayat-ayat
tersebut adalah agar qolbu kita yang keras seperti batu menjadi luluh, maka
qolbu itu harus dipukul dengan tongkat Musa AS, yaitu tongkat tauhid yang
meng-Esa-kan Alloh Azza wa Jalla. Apa yang dimaksud dengan tongkat tauhid Musa
AS? Tiada lain adalah kalimah Laa ilahaa illalloh. Mengapa tongkat Musa AS
dimaknai sebagai kalimat toyyibah? Sebab kalimat Laa ilahaa illalloh memiliki dua belas sifat Alloh
yang akan terpancar (mengalir) dari qolbu orang-orang yang selalu mengingat
Al-Haq Azza wa Jalla, seperti amanah, fatonah, pemaaf, penyayang, penyabar,
penyantun, tawadhu, dsb.
{Jangan ada persepsi dalam benak kita bahwa Nabi
Musa AS kemana-mana membawa tongkat seperti si buta dari gua hantu, karena
ayat-ayat di atas adalah kiasan. Sesungguhnya Nabi Musa AS kemana-mana hanya
menyeru untuk meng-Esa-kan Alloh dengan tongkat thoyyibah yang lurus, yakni Laa
ilahaa illalloh. Dengan kalimah itu Nabi Musa AS dapat mengalahkan sihir,
menundukkan lautan, berjumpa dengan Alloh, dsb.}
Jika
kita tidak tahu tatacara atau metode berdzikir seperti di atas, maka harus
bertanya kepada ahli dzikir, sebagaimana firman-Nya:Maka bertanyalah
kepada ahli dzikir jika kamu tidak mengetahuinya (QS An-Nahl:43). Dengan kata lain, kita
diwajibkan untuk menemui ulama “ahladz-dzikri” yang akan memberikan arahan kepada kita tentang metode berdzikir
yang benar sesuai perintah-Nya, baik dzikir jahar maupun dzikir khofi. Di
samping memberikan arahan berdzikir, ulama tersebut juga akan membimbing kita
menuju Nur Illahi sehingga kita bisa berdekatan dengan Alloh Azza wa Jalla dan
selalu bersama-Nya setiap saat selama kita hidup di dunia yang fana ini.
Dalam
hal ini, ulama tersebut berperan sebagai washilah. Simak perintah berikut: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Alloh dan hubungi/carilah washilah (jalan, media, perantara)
untuk bisa mendekatkan diri kepada Alloh, dan berjihadlah di jalan-Nya supaya
kamu mendapat keberuntungan(QS
Al-Maidah:35).
Apakah
di era millenium sekarang ini ada ulama ahli dzikrulloh, yang dapat membimbing
kita menuju Nur Illahi hingga kita bisa dekat dan selalu bersama Alloh Azza wa
Jalla setiap saat? Jika dalam benak kita ada pertanyaan seperti itu, berarti
kita sudah kufur kepada ayat-ayat Alloh, mengapa? Sebab Alloh mewahyukan
ayat-ayat Al-Qur’an kepada Nabi SAW bukan sekedar lipservice, tetapi Alloh Maha benar dengan segala
firmannya, dan apa yang dinyatakan dalam Al-Qur’an pasti ada dan sudah
dipersiapkan oleh Alloh.
Pada
waktu Nabi Muhammad masih hidup, yang menjadi washilah atau pembimbing umat
muslim menuju Nur Illahi adalah Nabi sendiri sebab Beliau adalah Rasululloh
SAW. Setelah Beliau wafat, yang menjadi washilah adalah para Khulafa
Ar-Rasyidin, khususnya Abu Bakar Siddiq r.a., Umar bin Khatab r.a, Utsman bin
Affan r.a., dan Ali bin Abi Thalib r.a. Walaupun pada masa sekarang Nabi SAW
sudah tiada, tetapi para pewarisnya akan ada hingga akhir zaman, siapakah
gerangan, dia adalah ulama, Ulama adalah pewaris para Nabi dan Rosul(HR Turmudzi).
Adapun tupoksi dari para ulama
adalah untuk memperbaharui atau meneguhkan iman umat muslim, sesuai sabda Nabi
SAW: Sesungguhnya Alloh akan membangkitkan atau mengutus untuk umat ini
setiap seratus tahun seorang peneguh (pembaharu) iman umat Islam(HR Abu Dawud Al-Hakim dan Baihaqi dari Abu
Hurairah r.a).
Permasalahannya
bukan ada atau tidak tetapi ulama seperti yang diungkapkan di atas susah dicari
sebab tidak memiliki motivasi duniawi saking takutnya kepada Alloh.Sesunguhnya yang takut
kepada Alloh dari hamba-hamba-Nya adalah ulama(QS Al-Fathir:28). Ulama yang dimaksud memiliki
sifat-sifat seperti Nabi Muhammad baik ucapan, perbuatan, maupun
kema’rifatannya kepada Alloh karena dia ahli warisnya, tetapi kema’rifatannya
tidak akan menyamai Nabi SAW apalagi melebihinya sebagaimana sabdanya: Aku adalah orang yang
paling ma’rifat diantara kamu sekalian kepada Alloh, dan sesungguhnya ma’rifat
adalah pekerjaan hati (HR Bukhari).
Mengapa
ulama seperti itu susah dicari? Sebab tidak pernah menunjukan keunggulan
jatidirinya, tidak pernah mengaku sebagai waliyulloh, dan yang lebih sulit
tidak sum’ah(ingin dikenal), tidak
seperti kita mengadakan event tak bermutu pun ngundang media dan dibewarakan
agar kesohor. Jika didatangi para pejabat negara atau pengusaha kaya, tidak
pernah meminta bantuan apalagi meminta balasan malahan sebaliknya, memberi nasihat
dan selalu mengajak untuk belajar berdzikrulloh bersama-sama. Mengapa mengajak
belajar dzikir bersama? Karena tidak pernah mengaku sebagai ahli dzikir. Oleh
karena itu, Ikutilah orang-orang yang tidak meminta balasan kepadamu, karena
mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS Yasin:21).
Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Ku kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan (QS Luqman:15). Perintah
ini dianjurkan juga oleh Nabi SAW: Adalah kamu sekalian bersama Alloh, jika kamu
sekalian tidak bersama Alloh, maka kamu bersama orang yang bersama Alloh,
karena sesungguhnya dia akan menghantarkanmu kepada Alloh. Siapakah ulama yang sudah bisa kembali kepada
Alloh? Tiada lain adalah ulama ahladz-dzikri Laa ilahaa illalloh. Mengapa harus dia? Sebab:Dengan kalimah
thoyyibah, benar-benar anti kemusryikan. Maka Alloh memerintahkan kita supaya
mengikuti jalannya orang-orang yang kembali kepada-Nya, yakni jalannya ahli Laa
ilahaa illalloh (HR Bukhari).
Jika
kita mengikuti metode atau jalannya ulama ahladz-dzikri yang sudah bisa kembali kepada Alloh Azza wa
Jalla, mudah-mudahan kita juga bisa sampai kepada Alloh. Jika kita belum sampai
kepada Alloh karena keburu ajal datang menjenguk, mudah-mudahan kita terbawa
oleh ulama yang sudah bisa kembali kepada Alloh dan dijadikan pengikutnya
(murid) sebagaimana perintah Alloh: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Alloh, dan hendaklah bersama orang-orang yang benar (QS At-Taubah:119). Jika kita menjadi pengikut
ulama ahladz-dzikri,
insya-Alloh akan selalu bersama orang yang benar, yakni ulama yang selalu
mengingat Allloh dan selalu bersama-Nya, sebab dzikrulloh adalah jalan yang
benar (QS Al Zukhruf: lihat di atas).
Apabila
anda telah menemukan ulama ahladz-dzikri dan mengikuti jalannya, maka bersabarlah terhadap apapun yang
terjadi selama menempuh jalan itu karena banyak sekali godaan dan cobaan yang
akan merintanginya dan jangan sekali-kali berpaling dari ajarannya maupun
nasihat-nasihatnya, sesuai perintah Alloh: Sabarlah dirimu
bersama-sama dengan mereka yang selalu menyeru Tuhannya baik pagi maupun petang
semata-mata karena mengharapkan ridho-Nya. Dan janganlah engkau lepaskan
pandanganmu terhadap mereka (QS Al-Kahfi:28).
Biasanya
cobaan dan godaan yang datang itu dapat berupa kekurangan harta atau kelebihan
harta, diberi jabatan atau dicopot dari jabatannya, difitnah dan dihinakan
bahkan bisa masuk penjara karena fitnah, dan untuk kaum lelaki biasanya digoda
oleh wanita yang bukan haknya, serta banyak lagi macam godaan dan cobaan yang
akan menimpa kita. Kuncinya satu: Sabar. Simak firman Alloh berikut: Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar (QS.Al-Baqarah: 155),
karena sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang sabar, …innalloha ma’as sobirin (QS.Al-Baqarah: 153).
Disunting Oleh: Ags Badar......
Disunting Oleh: Ags Badar......
0 komentar:
Posting Komentar