Alamat admin

Perum. Trias Estate BloK E Cibitung - Email : imalhajj@gmail.com

ABAH BESERTA JAMAAH DARI CIBITUNG

Ust. Rahman Beserta Jamaah dari Perum Trias Cibitung selesai Manakib di Purwakarta.

DZIKIR JAHAR

Ucapkan kalimat “LAA” dengan diarahkan dari bawah pusat tarik sampai “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas, dan kalimat “HA” diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah. Dan “ILLALLAH” diarahkan ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya, , namun lapadz jalalah yaitu lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah sekitar dua jari

ABAH ANOM

Pondok Pesantren Suralaya Tasikmalaya

Sabda Rasululloh SAW: Wahai Ali, Kiamat tidak akan terjadi selama di atas bumi ini masih ada orang yang mengucapkan “LAA ILAHA ILLALLAH”. .

Membaca Al-Qur'an

Isilah hari-harimu dengan membaca Kitab Suci Al-Qur'an

BERDZIKIR

Suara keras dalam berdzikir bersama-sama pada waktu tertentu/ba‘da sholat fardhu akan berbekas dalam menyingkap hijab dan menghasilkan nur dzikir (HR Bukhari).

SHOLAT

Sholat adalah Ibadah yang sangat tinggi nilainya dibandingkan dengan ibadah lainnya, Sholat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab nantinya di akhirat.

Kamis, 20 Februari 2014

KENANGAN TERAKHIR DENGAN ABAH

Add caption

KEMBALINYA SANG KEKASIH

لذين اذا اصابتهم مصيبة قالوا انا لله وانا اليه راجعون

 

Belum Penuh diri ini tercukupi oleh dahaga Ilmu yang Engkau ajarkan,

Belum pula  sesak jiwa ini tergetarkan  oleh KALIMATULLAH yang engkau bimbingkan,

Belum lah jauh kaki  ini menapaki jejak Thoreqah yang telah engkau lalui,

Belum seberapa cahaya yang dapat terangkum dalam mata fanna yang lemah ini,

Belum lah dapat kami pahami lautan hikmah yang engkau sampaikan,


Perjalanan harus di teruskan ,

Saat nya Engkau kembali Kepada-NYa Allah Rabbul Arsyil  Adzim  , memenuhi panggilan Agung,


Saat Gerbang terbuka,   

Ya Ayuhan nafsun mutmainah irji’i Ila rabbiki radiyatan mardiyah

Fahkulli fi ibadii wadkulli janahti,


Shaff  bershaff ,dengan jubah dan atribut  kemulian , para penyambut telah menanti , kekasih jiwa tambatan hati,tempat segala asa terpatri,


Rangkaian bunga terakhir telah di tabur,

Beriring langkah pengiring , dalam syahdunya pelepasan  di pesemayaman jasad terakhir, do’a teriring  dalam dzahar dan khofi, ……

Illahi Anta Maksudi Wa ridhoka Matlubi, A’tini Mahabataka Wa Marifataka,….


La Illaha ilallahu , ….


Muhammadar Rasulullah,…….


 Plered, 18 Rabuiul AKhir 1435 H/18 Februari 2014

Dari kami . smua yang terbelengu dunia

Prepared by: Aji A


Kamis, 16 Mei 2013

Biasakanlah berdzikir, dzikir juga merupakan "Obat"


SIAPAPUN pasti bingung dan gelisah ketika sedang dihimpit berbagai macam persoalan serius. Saat pertama yang dihadapi setiap orang ketika ketika menghadapi persoalan adalah adalah akal empiriknya dan rasio untuk segera mencari solusi dari masalah yang dihadapinya.

Saat-saat seperti itulah manusia akan berada pada titik balik kehidupan. Jika dia mengingat Allah, niscaya dia akan memulai babak baru di mana hidupnya akan senantiasa diberkahi. Namun manakala dia berpaling dari-Nya, niscaya dia akan sengsara untuk selama-lamanya.
Suatu hari,  ada seorang seorang pengusaha sukses yang sedang menghadisi sebuah seminar. Saat itu, ia bercerita tentang bagaimana awal mula memulai bisnis yang kemudian berkembang menjadi begitu besar.


Ia bercerita, bahwa usahannya dimilai dengan niat untuk mendapat ridha Allah SWT. 

Niat itu hadir berawal dari sebuah buku yang pernah dibacanya. Dalam buku itu dikisahkan ada seorang Muslim yang ketika di dunia mati syahid. Namun sayangnya, ia tidak seperti orang-orang yang syahid lainnya. Ketika orang yang mati syahid telah masuk surga, ia tertahan di depan pintu surga.


Rasulullah yang menyaksikan kejadian itu (saat beliau di mi’rajkan oleh Allah) langsung bertanya kepada Jibril. “Wahai Jibril, mengapa orang itu tertahan di depan pintu surga?” Jibril menjawab, “Itu adalah umatmu yang mati syahid. Ia tertahan karena di dunia ia belum sempat menyelesaikan (melunasi) hutang-hutangnya.”

Saat membaca buku yang dikisahkannya, pengusaha sukses itu dalam kondisi banyak hutang. Bahkan karena begitu banyaknya hutang yang harus ia lunasi, sekiranya semua aset yang dimilikinya terjual dengan harga mahal, uang penjualan yang diperolehnya pun belum cukup untuk melunasi hutangnya.

Lalu apa yang pengusaha itu lakukan? Ia langsung merenung dan berniat, bahwa dirinya harus segera berupaya semaksimal mungkin untuk bangkit dan menyelesaikan hutang-hutangnya agar Allah ridha kepadanya. Sembari terus berusaha melakukan ikhtiar (usaha, kerja keras) pengusaha itu pun berupaya serius meyakinkan hati setiap hari bahwa Allah pasti akan membantunya melunasi hutang-hutangnya.Dengan tekad bulat, ia terus bersungguh-sungguh. Bahkan siang dan malam-pun ia hiasi dengan selaludzikrullah (mengingat Allah).

Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak. Akibat kecintaan terhadap dzikrullah pun memberikan hasil. Suatu saat ia mendapat ilham bahwa untuk bisa survive (sukses dalam bisnis) ia harus memiliki kemampuan untuk bisa membina hubungan baik dengan sesama. Siapapun, kapanpun dan di manapun.Ia tahu, pemahaman seperti ini hampir setiap orang mengetahuinya, namun tidak banyak yang mampu melakukannya.

Ternyata benar, kemampuan menjalin hubungan baik itu berhasil menjadikan segala bentuk usaha bisnisnya mencapai keuntungan maksimal.

“Dan kemampuan membina hubungan baik ini tidak akan dimiliki kecuali oleh orang-orang yang selalu mengingat-Nya,” ucapnya mengenang.

Atas dasar pengalaman empiris tersebut, akhirnya pengusaha itu berpesan kepada generasi muda yang hadir dalam forum di mana ia hadir sebagai nara sumbernya, agar senantiasa berusaha mencintai dzikir kepada Allah. Karena hanya dengan dzikir manusia bisa mengendalikan emosi dan egonya, sehingga ia akan mampu menjadi insan yang berakhlakul karimah.

“Jangan ragu untuk menjual diri kita (dalam konteks kebenaran tentunya), dengan berhias melalui akhlak yang mulia, tutur kata dan perilaku yang sopan lagi santun, membangun mental bekerja yang tangguh, pemberani, dan tidak mudah putus asa, serta membangun kredibilitas di hadapan siapapun, kapanpun dan dimanapun, termasuk di hadapan keluarga.

Sejak itu, seiring kecintaan pada dzikrullah, usahanya kembali merangkak nai, Sejak itu, sekecil apapun aktivitas yang dilakukannya, ia selalu iringi dengan dzikir. Bahkan di setiap pagi hari, usai mendirikan sholat subuh, ia selalu berdzikir kepada-Nya dengan sepenuh hati mengakui kekurangannya, kebodohannya, dan kelemahannya di hadapan Allah SWT yang Maha Mulia Lagi Maha Bijaksana.

Obat Hati

Keutamaan dzikir memang telah dijanjikan sendiri oleh Allah SWT. Nabi bahkan menyebutnya sebagai obat. Allah bahkan menyebutkan sendiri, jika menyebut Allah (dzikir) dapat membawa ketenangan dan menyembuhkan jiwa :
“Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut tentang manusia adalah penyakit (artinya penyakitakhlak).” (HR. Al-Baihaqi)
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS: Ar Ra'd (13):28]

إِنَّ الَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ


“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”  (QS.al- A’raf ( 7): 205).


Dalam sebuah  hadits qudsi, Allah berfirman, “Aku akan bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak karena Aku.” (HR. al-Baihaqi).

Tidak ada jalan pintas untuk mendapat rahmat-Nya (sukses dan bahagia dunia akhirat) kecuali dengan membiasakan diri berdzikir kepada-Nya.Sesungguhnya, kehadiran Allah pada kita, tergantung sikap dan persepsi kita semua kepada Nya. Jika kita senantiasa memuji dan mengingat Nya, IA akan senantiasa berada di dekat kita. Baik dalam suka maupun duka. Sebaliknya, kita melupakanNya, otomatis kehadiran Nya jauh di hati dan sanubari kita.


 Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan;
“Jika hamba-Ku mengingat-Ku dalam hatinya, Aku pun mengingatnya dalam hati-Ku. jika ia mengingat-Ku dalam suatu kelompok, Aku pun mengingatnya di hadapan sekelompok malaikat yang mengiringi mereka. Jika ia mendekati-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati-Ku sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Jika ia berjalan menuju ke arah-Ku, Aku pun berlari-lari kecil menuju ke arahnya.”(HR. Muttafaqun Alaih).

Kalau kita hiasi diri kita dengan kecintaan berdzikir dan selalu mengingat-Nya di manapun dan kampanpun. Dengan demikian,  hal ini menjadi obat dan menjadikan hidup kita lebih tenang dan bahagia. Wallahu a’lam

DZIKIR MENGHANCURKAN SIRIK








Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai
.(Al A’raaf 205)

 Pengalaman ikhwan tawakal

Sampai tahun 1975 saya adalah seorang Muslim KTP, termasuk ayah dan ibu saya, juga adik-adik dan sanak famili. Sholat tidak bisa, apalagi pergi ke masjid. Lebih hafal dan lebih menghayati cerita-cerita tentang Yesus sampai detail termasuk murid-muridnya daripada cerita Nabi Muhammad SAW. Lebih dapat menikmati “lagu haleluyah” daripada “lagu kasidah” dan ini tercermin pada saudara-saudara kami yang umumnya banyak bergaul dengan keluarga Belanda/Indo karena lingkungan hidup kami di antara mereka. Natalan lebih dirasakan oleh keluarga kami dari pada lebaran. Itu pola hidup kami 25 tahun yang lampau, sekarang sudah terbalik 180 derajat, Alhamdulillah. Kami mulai Sholat, melaksanakan zakat, puasa dan melaksanakan ibadah haji, semua kegiatan ibadah ini dikarenakan kami masuk dalam Pengajian Tawakal.

Setelah mengikuti beberapa kali Pengajian Tawakal saya terdorong oleh saudara saya H. Supardjo SH. untuk “belajar” sholat; dan saya melakukan “sholat pertama” pada Jum’atan di Masjid Al-Azhar tahun 1976, pada usia 38 tahun. Pada waktu itu seorang sahabat mendampingi saya untuk sholat. Seorang ayah dengan 4 (empat) orang anak baru melakukan sholat berjamaah pada waktu pertama kali. Hal ini mempunyai kesan yang sangat dalam bagi kehidupan saya.

Proses batiniah sampai saya memutuskan dan melaksanakan sholat itu kalau ditulis akan menghabiskan kertas berlembar-lembar. Betapa suatu revolusi yang multi kompleks dari pola kehidupan yang saya alami di masa “jahiliyah” dimana 5M (main, madon, maling, minum, madat) masih merajalela berubah secara total menjadi kehidupan yang Islami; yang terencana, tenang, tenteram, nyaman, nikmat dan setiap kegiatan selalu mengacu kepada ridho Allˆh SWT.
Awal “sholat jum’at” saya berlanjut dengan pelaksanaan sholat fardhu yang lain, seperti sholat subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isya, dan kadang-kadang disertai dengan sholat-sholat sunnah, juga tirakatan, riyadloh atau tafakuran sering saya lakukan baik sendiri maupun bersama-sama.

Dalam penghayatan dan pendalaman melaksanakan ibadah, yang paling terasa dan efektif bagi diri saya adalah zikir dengan metode TAWAKAL, yang dapat dilakukan dengan mudah, sederhana dan praktis, setiap orang dapat melaksanakannya dimana saja dan kapan saja dan tanpa perlu dihitung jumlah, yang penting dirasa dan dihayati.

Penghayatan dzikir ini terasa pas untuk saya, sehingga ke manapun saya pergi saya selalu berdzikir, kalau saya tidak mengisi dengan zikir maka akan terasa ada sesuatu yang kurang (something missing), dengan demikian saya tak pernah mengalami dalam kondisi kosong, hal ini saya lakukan bertahun-tahun.

Adapun efek secara langsung dari berzikir yang terus menerus secara konstan dan dalam kondisi berserah diri kepada Allˆh SWT adalah “perlindungan dari Allˆh SWT”. Perlindungan secara menyeluruh baik dari godaan atau serangan yang terlihat maupun yang tidak terlihat, dari manapun datangnya, dan pada setiap waktu. Jadi seakan-akan kami memiliki mantel pelindung dari malapetaka bencana, dan juga kami dibimbing diarahkan ke jalan yang benar dan diridhoi Allˆh SWT.

Suatu pengalaman yang unik terjadi sewaktu saya bertugas di Yogyakarta, sekitar tahun 1982, saya kedatangan tamu salah seorang tokoh kebatinan, sebutlah Romo “X” ke rumah dan mengajak saya untuk mendampingi tamu dari Jakarta, utusan dari Cendana, Kol. “Y”. Maksud dari kunjungan tersebut adalah untuk melihat keris yang sangat ampuh (tidak jelas apa keampuhannya), tetapi apabila keris tersebut dimasukkan ke dalam gelas berisi air, maka air tersebut berubah menjadi merah darah, demikian pula gelas-gelas berisi air yang mengelilingi gelas tersebut. Tetapi apabila keris tersebut dicabut dari gelas, maka air kembali menjadi jernih tidak berwarna.

Sewaktu kita pergi ke tempat Pak Lurah (pemilik keris) jalan masuk ke rumah disambut dengan barisan pagar betis sampai depan pintu rumah seperti mengelu-elukan tamu agung. Setelah melewati pintu, kita sampai ke dalam ruangan persegi panjang, pada ujung ruangan terletak meja dengan beberapa gelas berisi air di atasnya, sebilah keris diletakkan berdiri di atas bantalan yang ditaburi bunga di samping kemenyan yang menyala.
Segera setelah kami duduk, dimulai sambutan selamat datang dari tuan rumah dan sambutan dari para tamu yang mengutarakan apa maksud kedatangannya, yaitu ingin melihat keampuhan keris tersebut.

Selesai acara sambutan, maka dimulai demonstrasi keris tersebut, secara tiba-tiba seorang yang tua berpakaian Jawa lengkap “laku-dodok” ke tengah ruangan setelah melakukan “sembah” lalu maju mendekati meja juga masih “laku dodok”. Setelah dekat meja melakukan sembah lagi, baru berdiri mengambil keris tersebut.

Setelah keris ditempel di kening baru menghunus keris tersebut dan ditempel lagi di kening, baru dimasukkan ke gelas berisi air yang berada di tengah-tengah, maka air yang ada di gelas tersebut berubah seketika jadi merah darah juga air yang ada di gelas sekelilingnya. Seluruh orang-orang yang berada di ruangan tersebut bergumam, kagum atas keanehan. Setelah keris dicabut air jernih kembali, keris dilap dan dimasukkan dalam rangkanya, selanjutnya keris dibawa ke tempat kami duduk untuk diperiksa.

Pertama, Bapak Kol “Y” menerima keris, setelah mengamati sekejap lalu dengan tata cara yang sama menghunus keris, setelah diteliti diraba sambil memejamkan mata sambil mengangguk-anggukkan kepala, terus memasukkan keris kembali ke rangkanya, lalu diserahkan ke Romo “X”, beliau juga berbuat sama dengan Pak “Y” tetapi memegangnya lebih lama, beliau berdua ini ahli dalam menilai dan meraba keris. Romo “X” selesai, keris disodorkan sambil berkata “monggo diperiksani”, wah hati saya berdebar-debar keras, sambil berpikir, apa yang harus saya lakukan terhadap keris ini.

Semua hadirin memandang kami dan ruangan sunyi senyap……, dengan tangan dingin keris saya terima. Setelah keris saya terima, frekuensi zikir bertambah cepat, sesuai dengan detak jantung saya, sejak memasuki ruangan ini saya telah mulai zikir menyebut Asma Allˆh, dengan menarik puser dalam-dalam, hal ini biasa saya lakukan setiap menDengan mata terpejam, tarik pusar, tahan napas menjeritkan asma Allˆh dalam hati, Bismill‰hirrohm‰nirrohÔm, saya tarik keris tersebut, terasa agak susah menariknya, setelah terhunus, saya rasakan besinya bergetar, menggelinjang seperti ikan yang terpegang di tangan, saya kaget, tapi saya diam saja. Setelah selesai, keris saya kembalikan kepada Romo “X” beliau bertanya, bagaimana pendapat bapak, saya jawab tidak tahu, tetapi saya ceritakan bahwa kerisnya bergerak-gerak seperti ikan di tangan. Romo “X” kaget, beliau dengan terpejam menghunus kerisnya lagi terus cepat-cepat dimasukkan ke dalam rangkanya.

Beliau minta agar keris dicek lagi di air dalam gelas, ternyata sudah tidak berwarna merah. Pak Lurah dan stafnya bingung tidak tahu harus berbuat apa, sedang kami, tamu-tamu dari Jakarta, cepat-cepat minta diri.

Dalam mobil Mercedez yang mengantar kita, Romo “X” bertanya kepada saya, diapakan sewaktu memegang keris tadi. Saya jawab bahwa tidak saya apa-apakan, saya hanya berzikir kepada Allˆh SWT, agar dijauhkan dari rasa syirik terhadap keris tersebut.

Pak Kolonel menyeletuk, untung belum saya bawa ke Cendana, mereka minta Rp. 350 juta. Setelah mengalami peristiwa aneh tersebut, beberapa hari saya berusaha untuk mengupas dalam arti berdialog dengan Allˆh SWT, “apa makna dari peristiwa tersebut dan apa hubungannya dengan saya”. Jawaban hanya untuk diri sendiri.

Saya hanya ingin menyarankan agar selalu menghadirkan kekuasaan Allˆh SWT, dalam hati kita sewaktu menghadapi setiap peristiwa atau problema dalam kehidupan agar kita selamat dan dibukakan pintu kemudahan.

Catatan : Raibnya kesaktian keris tersebut, jelas bukan secara kebetulan “keisengan” Pak Djoko Sanyoto, tetapi dari getaran keampuhannya yang jauh melebihi getaran kesaktian sang keris itu. Bapak Permana sering bercerita betapa beliau berhasil mengumpulkan bermacam-macam benda kuno yang dikeramatkan atau dipandang bertuah untuk normalisir atau dijadikan hanya sekedar barang perhiasan atau warisan orang tua

(Sumber http://www.tawakal.or.id/2002/09/dzikir-menghancurkan-syirik/)

Jumat, 10 Mei 2013

KEUTAMAAN SHOLAT 5 WAKTU


Shalat adalah ibadah yang agung, ibadah yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam, dan dia adalah ibadah yang terpenting setelah kedua kalimat syahadat. Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan”. (HR. Al-Bukhari no. 7 dan Muslim no. 19)

Shalat adalah penghubung antara hamba dengan Rabbnya, karena ketika shalat hamba sedang berdiri di hadapan Allah Azza wa Jalla guna berdoa kepada-Nya. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam beliau bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ: { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي وَإِذَا قَالَ: { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ: { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ: { اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Qur’an di dalamnya, maka shalatnya masih mempunyai hutang, tidak sempurna” Tiga kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah, ” Kami berada di belakang imam?” Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur’an dalam dirimu, karena aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata, ‘Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.’ Maka Allah berkata, ‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang.’ Allah berkata, ‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Pemilik hari kiamat.’ Allah berkata, ‘HambaKu memujiku.’ Selanjutnya Dia berkata, ‘HambaKu menyerahkan urusannya kepadaKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Hanya kepadaMulah aku menyembah dan hanya kepadaMulah aku memohon pertolongan.’ Allah berkata, ‘Ini adalah antara Aku dengan hambaKu. Dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta’. Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Berilah kami petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat.’ Allah berkata, ‘Ini untuk hambaKu, dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta.” (HR. Muslim no. 598)

Shalat lima waktu mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan semua ibadah wajib lainnya, di antaranya:

a.    Shalat 5 waktu merupakan ibadah yang Allah Ta’ala syariatkan kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam secara langsung tanpa perantara malaikat. Berbeda halnya dengan kewajiban lainnya yang diwajibkan melalui perantara malaikat.

b.    Shalat 5 waktu diwajibkan di langit sementara kewajiban lainnya diwajibkan di bumi. Karenanya sangat pantas kalau shalat 5 waktu dikatakan sebagai ibadah badan yang paling utama.

Selain dari keistimewaan di atas, shalat 5 waktu secara umum dan beberapa shalat di antaranya secara khusu mempunyai keutamaan yang lain, di antaranya:

a.    Shalat 5 waktu akan menghapuskan semua dosa dan kesalahan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الصَّلَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya selama tidak melakukan dosa besar.” (HR. Muslim no. 342)
Dari Utsman bin Affan radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Tidaklah seorang muslim didatangi shalat fardlu, lalu dia membaguskan wudlunya dan khusyu’nya dan shalatnya, melainkan itu menjadi penebus dosa-dosanya terdahulu, selama dia tidak melakukan dosa besar. Dan itu (berlaku) pada sepanjang zaman.” (HR. Muslim no. 335)
Pada kedua hadits di atas dikecualikan dosa-dosa besar, karena memang dosa besar tidak bisa terhapus dengan sekedar amalan saleh, akan tetapi harus dengan taubat dan istighfar. Karenanya, yang dimaksud dengan dosa pada kedua hadits di atas adalah dosa-dosa kecil.

Adapun patokan dosa besar adalah sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma:
اَلْكَبَائِرُ كُلُّ ذَنْبٍ خَتَمَهُ الله ُبِنَارٍ أَوْ لَعْنَةٍ أو غَضَبٍ أَوْ عَذَابٍ
“Dosa-dosa besar adalah semua dosa yang Allah akhiri dengan ancaman neraka atau laknat atau kemurkaan atau adzab.” (Riwayat Ibnu Jarir dalam tafsirnya terhadap surah An-Najm: 32)

Walaupun asalnya ada perbedaan antara dosa besar dengan dosa kecil, akan tetapi beliau radhiallahu anhu juga pernah berkata:
لاَ كَبِيْرَةَ مَعَ الْاِسْتِغْفَارِ, وَلاَ صَغِيْرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ
Tidak ada dosa besar jika selalu diikuti dengan istighfar dan tidak ada dosa kecil jika dia dilakukan terus-menerus.”

b.    Shalat subuh senantiasa dihadiri dan disaksikan oleh para malaikat dan dia juga menjadi saksi.
Allah Ta’ala berfirman:
أقم الصلاة لدلوك الشمس إلى غسق الليل وقرءان الفجر إنّ قرءان الفجركان مشهودا
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isra`: 78)

c.    Shalat ashar yang merupakan shalat wustha -sebagaimana dalam riwayat Al-Bukhari- dikhususkan penyebutannya dibandingkan shalat-shalat lainnya.
Dan ini menunjukkan keistimewaan shalat ashar -dari satu sisi- dibandingkan shalat lainnya. Allah Ta’ala berfirman:
حافظوا على الصلوات والصلواة الوسطى
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa.” (QS. Al-Baqarah: 238)

d.    Menjaga shalat subuh dan ashar merupakan sebab terbesar masuk surga dan selamat dari neraka.
Dari Imarah bin Ru’aibah radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Tidak akan masuk neraka seseorang yang shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (HR. Muslim no. 1003)

Dari Abu Musa radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa mengerjakan shalat pada dua waktu dingin, maka dia akan masuk surga.” (HR. Al-Bukhari no. 540 dan Muslim no. 1005)
Dari Jundab bin Abdullah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah, oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu dari kalian sebagai imbalan jaminan-Nya, sehingga Allah menangkapnya dan menyungkurkannya ke dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim no. 1050)

Dari Jarir bin ‘Abdullah radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ فَإِنْ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لَا تُغْلَبُوا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا
“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesakan dalam melihat-Nya. Maka jika kalian mampu untuk tidak terlewatkan untuk melaksanakan shalat sebelum terbit matahri dan sebelum terbenamnya, maka lakukanlah.” (HR. Al-Bukhari no. 521 dan Muslim no. 1002)

e.    Meninggalkan shalat 5 waktu -atau salah satunya- dengan sengaja karena malas secara terus-menerus adalah kekafiran.
Allah Ta’ala berfirman:
وخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا إلا من تاب وآمن وعمل صالحا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam: 59-60)

Seandainya orang yang meninggalkan shalat itu masih mukmin, maka tentunya tidak dipersyaratkan ketika dia bertaubat dia harus beriman.
Ini dipertegas dalam hadits Jabir radhiallahu anhuma dia berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Sungguh, yang memisahkan antara seorang laki-laki dengan kesyirikan dan kekufuan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 116)

Juga dalam Abdullah bin Buraidah dari ayahnya radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ تَرْكُ الصَّلَاةِ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“(Pemisah) di antara kami dan mereka (orang kafir) adalah meninggalkan shalat, karenanya barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh dia telah kafir.” (HR. Ahmad no. 21929)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites