DZIKIR JAHAR
Ucapkan kalimat “LAA” dengan diarahkan dari bawah pusat tarik sampai “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas, dan kalimat “HA” diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah. Dan “ILLALLAH” diarahkan ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya, , namun lapadz jalalah yaitu lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah sekitar dua jari
BERDZIKIR
Suara keras dalam berdzikir bersama-sama pada waktu tertentu/ba‘da sholat fardhu akan berbekas dalam menyingkap hijab dan menghasilkan nur dzikir (HR Bukhari).
SHOLAT
Sholat adalah Ibadah yang sangat tinggi nilainya dibandingkan dengan ibadah lainnya, Sholat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab nantinya di akhirat.
Kamis, 16 Mei 2013
Biasakanlah berdzikir, dzikir juga merupakan "Obat"
SIAPAPUN pasti bingung dan gelisah ketika sedang dihimpit
berbagai macam persoalan serius. Saat pertama yang dihadapi setiap orang ketika
ketika menghadapi persoalan adalah adalah akal empiriknya dan rasio untuk
segera mencari solusi dari masalah yang dihadapinya.
Saat-saat seperti itulah manusia akan berada pada titik balik
kehidupan. Jika dia mengingat Allah, niscaya dia akan memulai babak baru di
mana hidupnya akan senantiasa diberkahi. Namun manakala dia berpaling dari-Nya,
niscaya dia akan sengsara untuk selama-lamanya.
Suatu hari, ada seorang seorang pengusaha sukses yang
sedang menghadisi sebuah seminar. Saat itu, ia bercerita tentang bagaimana awal
mula memulai bisnis yang kemudian berkembang menjadi begitu besar.
Ia bercerita, bahwa usahannya dimilai dengan niat untuk
mendapat ridha Allah SWT.
Niat itu hadir berawal dari sebuah buku yang pernah dibacanya. Dalam buku itu
dikisahkan ada seorang Muslim yang ketika di dunia mati syahid. Namun
sayangnya, ia tidak seperti orang-orang yang syahid lainnya. Ketika orang yang
mati syahid telah masuk surga, ia tertahan di depan pintu surga.
Rasulullah yang menyaksikan kejadian itu (saat beliau di
mi’rajkan oleh Allah) langsung bertanya kepada Jibril. “Wahai Jibril, mengapa
orang itu tertahan di depan pintu surga?” Jibril menjawab, “Itu adalah umatmu
yang mati syahid. Ia tertahan karena di dunia ia belum sempat menyelesaikan
(melunasi) hutang-hutangnya.”
Saat membaca buku yang dikisahkannya, pengusaha sukses itu
dalam kondisi banyak hutang. Bahkan karena begitu banyaknya hutang yang harus
ia lunasi, sekiranya semua aset yang dimilikinya terjual dengan harga mahal,
uang penjualan yang diperolehnya pun belum cukup untuk melunasi hutangnya.
Lalu apa yang pengusaha itu lakukan? Ia langsung merenung dan
berniat, bahwa dirinya harus segera berupaya semaksimal mungkin untuk bangkit
dan menyelesaikan hutang-hutangnya agar Allah ridha kepadanya. Sembari terus berusaha melakukan ikhtiar (usaha,
kerja keras) pengusaha itu pun berupaya serius meyakinkan hati setiap hari
bahwa Allah pasti akan membantunya melunasi hutang-hutangnya.Dengan tekad bulat, ia terus bersungguh-sungguh. Bahkan siang
dan malam-pun ia hiasi dengan selaludzikrullah (mengingat
Allah).
Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak. Akibat
kecintaan terhadap dzikrullah pun memberikan hasil. Suatu saat ia mendapat
ilham bahwa untuk bisa survive (sukses dalam bisnis) ia harus memiliki
kemampuan untuk bisa membina hubungan baik dengan sesama. Siapapun, kapanpun
dan di manapun.Ia tahu, pemahaman seperti ini hampir setiap orang
mengetahuinya, namun tidak banyak yang mampu melakukannya.
Ternyata benar, kemampuan menjalin hubungan baik itu berhasil
menjadikan segala bentuk usaha bisnisnya mencapai keuntungan maksimal.
“Dan kemampuan membina hubungan baik ini tidak akan dimiliki
kecuali oleh orang-orang yang selalu mengingat-Nya,” ucapnya mengenang.
Atas dasar pengalaman empiris tersebut, akhirnya pengusaha
itu berpesan kepada generasi muda yang hadir dalam forum di mana ia hadir
sebagai nara sumbernya, agar senantiasa berusaha mencintai dzikir kepada Allah.
Karena hanya dengan dzikir manusia bisa mengendalikan emosi dan egonya,
sehingga ia akan mampu menjadi insan yang berakhlakul karimah.
“Jangan ragu untuk menjual diri kita (dalam konteks kebenaran
tentunya), dengan berhias melalui akhlak yang mulia, tutur kata dan perilaku
yang sopan lagi santun, membangun mental bekerja yang tangguh, pemberani, dan
tidak mudah putus asa, serta membangun kredibilitas di hadapan siapapun,
kapanpun dan dimanapun, termasuk di hadapan keluarga.
Sejak itu, seiring kecintaan pada dzikrullah, usahanya
kembali merangkak nai, Sejak itu, sekecil apapun aktivitas yang dilakukannya,
ia selalu iringi dengan dzikir. Bahkan di setiap pagi hari, usai mendirikan
sholat subuh, ia selalu berdzikir kepada-Nya dengan sepenuh hati mengakui
kekurangannya, kebodohannya, dan kelemahannya di hadapan Allah SWT yang Maha
Mulia Lagi Maha Bijaksana.
Obat Hati
Keutamaan dzikir memang telah dijanjikan sendiri oleh Allah
SWT. Nabi bahkan menyebutnya sebagai obat. Allah bahkan menyebutkan sendiri,
jika menyebut Allah (dzikir) dapat membawa ketenangan dan menyembuhkan jiwa :
“Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut
tentang manusia adalah penyakit (artinya penyakitakhlak).” (HR. Al-Baihaqi)
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.” [QS: Ar Ra'd (13):28]
إِنَّ الَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ
“Dan sebutlah
(nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan
tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.” (QS.al- A’raf ( 7): 205).
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman, “Aku akan bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya
bergerak karena Aku.” (HR.
al-Baihaqi).
Tidak ada jalan pintas untuk mendapat rahmat-Nya (sukses dan bahagia dunia
akhirat) kecuali dengan membiasakan diri berdzikir kepada-Nya.Sesungguhnya, kehadiran Allah pada kita, tergantung sikap dan
persepsi kita semua kepada Nya. Jika kita senantiasa memuji dan mengingat Nya,
IA akan senantiasa berada di dekat kita. Baik dalam suka maupun duka.
Sebaliknya, kita melupakanNya, otomatis kehadiran Nya jauh di hati dan sanubari
kita.
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan;
“Jika hamba-Ku mengingat-Ku dalam hatinya, Aku pun
mengingatnya dalam hati-Ku. jika ia mengingat-Ku dalam suatu kelompok, Aku pun
mengingatnya di hadapan sekelompok malaikat yang mengiringi mereka. Jika ia
mendekati-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati-Ku
sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Jika ia berjalan menuju ke arah-Ku, Aku
pun berlari-lari kecil menuju ke arahnya.”(HR. Muttafaqun
Alaih).
Kalau kita hiasi diri kita dengan kecintaan berdzikir dan
selalu mengingat-Nya di manapun dan kampanpun. Dengan demikian, hal ini
menjadi obat dan menjadikan hidup kita lebih tenang dan bahagia. Wallahu a’lam
DZIKIR MENGHANCURKAN SIRIK
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai
.(Al
A’raaf 205)
Pengalaman
ikhwan tawakal
Sampai
tahun 1975 saya adalah seorang Muslim KTP, termasuk ayah dan ibu saya, juga
adik-adik dan sanak famili. Sholat tidak bisa, apalagi pergi ke masjid. Lebih
hafal dan lebih menghayati cerita-cerita tentang Yesus sampai detail termasuk
murid-muridnya daripada cerita Nabi Muhammad SAW. Lebih dapat menikmati “lagu
haleluyah” daripada “lagu kasidah” dan ini tercermin pada saudara-saudara kami
yang umumnya banyak bergaul dengan keluarga Belanda/Indo karena lingkungan
hidup kami di antara mereka. Natalan lebih dirasakan oleh keluarga kami dari
pada lebaran. Itu pola hidup kami 25 tahun yang lampau, sekarang sudah terbalik
180 derajat, Alhamdulillah. Kami mulai Sholat, melaksanakan zakat, puasa dan
melaksanakan ibadah haji, semua kegiatan ibadah ini dikarenakan kami masuk
dalam Pengajian Tawakal.
Setelah
mengikuti beberapa kali Pengajian Tawakal saya terdorong oleh saudara saya H.
Supardjo SH. untuk “belajar” sholat; dan saya melakukan “sholat pertama” pada
Jum’atan di Masjid Al-Azhar tahun 1976, pada usia 38 tahun. Pada waktu itu
seorang sahabat mendampingi saya untuk sholat. Seorang ayah dengan 4 (empat)
orang anak baru melakukan sholat berjamaah pada waktu pertama kali. Hal ini
mempunyai kesan yang sangat dalam bagi kehidupan saya.
Proses
batiniah sampai saya memutuskan dan melaksanakan sholat itu kalau ditulis akan
menghabiskan kertas berlembar-lembar. Betapa suatu revolusi yang multi kompleks
dari pola kehidupan yang saya alami di masa “jahiliyah” dimana 5M (main, madon,
maling, minum, madat) masih merajalela berubah secara total menjadi kehidupan
yang Islami; yang terencana, tenang, tenteram, nyaman, nikmat dan setiap
kegiatan selalu mengacu kepada ridho Allˆh SWT.
Awal
“sholat jum’at” saya berlanjut dengan pelaksanaan sholat fardhu yang lain,
seperti sholat subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isya, dan kadang-kadang
disertai dengan sholat-sholat sunnah, juga tirakatan, riyadloh atau tafakuran
sering saya lakukan baik sendiri maupun bersama-sama.
Dalam
penghayatan dan pendalaman melaksanakan ibadah, yang paling terasa dan efektif
bagi diri saya adalah zikir dengan metode TAWAKAL, yang dapat dilakukan dengan
mudah, sederhana dan praktis, setiap orang dapat melaksanakannya dimana saja
dan kapan saja dan tanpa perlu dihitung jumlah, yang penting dirasa dan
dihayati.
Penghayatan
dzikir ini terasa pas untuk saya, sehingga ke manapun saya pergi saya selalu
berdzikir, kalau saya tidak mengisi dengan zikir maka akan terasa ada sesuatu
yang kurang (something missing), dengan demikian saya tak pernah mengalami
dalam kondisi kosong, hal ini saya lakukan bertahun-tahun.
Adapun
efek secara langsung dari berzikir yang terus menerus secara konstan dan dalam
kondisi berserah diri kepada Allˆh SWT adalah “perlindungan dari Allˆh SWT”.
Perlindungan secara menyeluruh baik dari godaan atau serangan yang terlihat
maupun yang tidak terlihat, dari manapun datangnya, dan pada setiap waktu. Jadi
seakan-akan kami memiliki mantel pelindung dari malapetaka bencana, dan juga kami
dibimbing diarahkan ke jalan yang benar dan diridhoi Allˆh SWT.
Suatu
pengalaman yang unik terjadi sewaktu saya bertugas di Yogyakarta, sekitar tahun
1982, saya kedatangan tamu salah seorang tokoh kebatinan, sebutlah Romo “X” ke
rumah dan mengajak saya untuk mendampingi tamu dari Jakarta, utusan dari
Cendana, Kol. “Y”. Maksud dari kunjungan tersebut adalah untuk melihat keris
yang sangat ampuh (tidak jelas apa keampuhannya), tetapi apabila keris tersebut
dimasukkan ke dalam gelas berisi air, maka air tersebut berubah menjadi merah
darah, demikian pula gelas-gelas berisi air yang mengelilingi gelas tersebut.
Tetapi apabila keris tersebut dicabut dari gelas, maka air kembali menjadi
jernih tidak berwarna.
Sewaktu
kita pergi ke tempat Pak Lurah (pemilik keris) jalan masuk ke rumah disambut
dengan barisan pagar betis sampai depan pintu rumah seperti mengelu-elukan tamu
agung. Setelah melewati pintu, kita sampai ke dalam ruangan persegi panjang,
pada ujung ruangan terletak meja dengan beberapa gelas berisi air di atasnya,
sebilah keris diletakkan berdiri di atas bantalan yang ditaburi bunga di
samping kemenyan yang menyala.
Segera
setelah kami duduk, dimulai sambutan selamat datang dari tuan rumah dan
sambutan dari para tamu yang mengutarakan apa maksud kedatangannya, yaitu ingin
melihat keampuhan keris tersebut.
Selesai
acara sambutan, maka dimulai demonstrasi keris tersebut, secara tiba-tiba
seorang yang tua berpakaian Jawa lengkap “laku-dodok” ke tengah ruangan setelah
melakukan “sembah” lalu maju mendekati meja juga masih “laku dodok”. Setelah
dekat meja melakukan sembah lagi, baru berdiri mengambil keris tersebut.
Setelah
keris ditempel di kening baru menghunus keris tersebut dan ditempel lagi di
kening, baru dimasukkan ke gelas berisi air yang berada di tengah-tengah, maka
air yang ada di gelas tersebut berubah seketika jadi merah darah juga air yang
ada di gelas sekelilingnya. Seluruh orang-orang yang berada di ruangan tersebut
bergumam, kagum atas keanehan. Setelah keris dicabut air jernih kembali, keris dilap
dan dimasukkan dalam rangkanya, selanjutnya keris dibawa ke tempat kami duduk
untuk diperiksa.
Pertama,
Bapak Kol “Y” menerima keris, setelah mengamati sekejap lalu dengan tata cara
yang sama menghunus keris, setelah diteliti diraba sambil memejamkan mata
sambil mengangguk-anggukkan kepala, terus memasukkan keris kembali ke
rangkanya, lalu diserahkan ke Romo “X”, beliau juga berbuat sama dengan Pak “Y”
tetapi memegangnya lebih lama, beliau berdua ini ahli dalam menilai dan meraba
keris. Romo “X” selesai, keris disodorkan sambil berkata “monggo diperiksani”,
wah hati saya berdebar-debar keras, sambil berpikir, apa yang harus saya
lakukan terhadap keris ini.
Semua
hadirin memandang kami dan ruangan sunyi senyap……, dengan tangan dingin keris
saya terima. Setelah keris saya terima, frekuensi zikir bertambah cepat, sesuai
dengan detak jantung saya, sejak memasuki ruangan ini saya telah mulai zikir
menyebut Asma Allˆh, dengan menarik puser dalam-dalam, hal ini biasa saya
lakukan setiap menDengan mata terpejam, tarik pusar, tahan napas menjeritkan
asma Allˆh dalam hati, Bismill‰hirrohm‰nirrohÔm, saya tarik keris tersebut,
terasa agak susah menariknya, setelah terhunus, saya rasakan besinya bergetar,
menggelinjang seperti ikan yang terpegang di tangan, saya kaget, tapi saya diam
saja. Setelah selesai, keris saya kembalikan kepada Romo “X” beliau bertanya,
bagaimana pendapat bapak, saya jawab tidak tahu, tetapi saya ceritakan bahwa
kerisnya bergerak-gerak seperti ikan di tangan. Romo “X” kaget, beliau dengan
terpejam menghunus kerisnya lagi terus cepat-cepat dimasukkan ke dalam
rangkanya.
Beliau
minta agar keris dicek lagi di air dalam gelas, ternyata sudah tidak berwarna
merah. Pak Lurah dan stafnya bingung tidak tahu harus berbuat apa, sedang kami,
tamu-tamu dari Jakarta, cepat-cepat minta diri.
Dalam
mobil Mercedez yang mengantar kita, Romo “X” bertanya kepada saya, diapakan
sewaktu memegang keris tadi. Saya jawab bahwa tidak saya apa-apakan, saya hanya
berzikir kepada Allˆh SWT, agar dijauhkan dari rasa syirik terhadap keris
tersebut.
Pak
Kolonel menyeletuk, untung belum saya bawa ke Cendana, mereka minta Rp. 350
juta. Setelah mengalami peristiwa aneh tersebut, beberapa hari saya berusaha
untuk mengupas dalam arti berdialog dengan Allˆh SWT, “apa makna dari peristiwa
tersebut dan apa hubungannya dengan saya”. Jawaban hanya untuk diri sendiri.
Saya
hanya ingin menyarankan agar selalu menghadirkan kekuasaan Allˆh SWT, dalam
hati kita sewaktu menghadapi setiap peristiwa atau problema dalam kehidupan
agar kita selamat dan dibukakan pintu kemudahan.
Catatan
: Raibnya kesaktian keris tersebut, jelas bukan secara kebetulan “keisengan”
Pak Djoko Sanyoto, tetapi dari getaran keampuhannya yang jauh melebihi getaran
kesaktian sang keris itu. Bapak Permana sering bercerita betapa beliau berhasil
mengumpulkan bermacam-macam benda kuno yang dikeramatkan atau dipandang bertuah
untuk normalisir atau dijadikan hanya sekedar barang perhiasan atau warisan
orang tua
(Sumber
http://www.tawakal.or.id/2002/09/dzikir-menghancurkan-syirik/)
Jumat, 10 Mei 2013
KEUTAMAAN SHOLAT 5 WAKTU
Shalat
adalah ibadah yang agung, ibadah yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan
salam, dan dia adalah ibadah yang terpenting setelah kedua kalimat syahadat. Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma
dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun diatas lima (landasan);
persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan”. (HR. Al-Bukhari
no. 7 dan Muslim no. 19)
Shalat
adalah penghubung antara hamba dengan Rabbnya, karena ketika shalat hamba
sedang berdiri di hadapan Allah Azza wa Jalla guna berdoa kepada-Nya. Dari Abu
Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam beliau bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ: { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي وَإِذَا قَالَ: { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ: { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ: { اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
“Barangsiapa yang mengerjakan
shalat tanpa membaca Ummul Qur’an di dalamnya, maka shalatnya masih mempunyai
hutang, tidak sempurna” Tiga kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah, ” Kami
berada di belakang imam?” Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur’an dalam
dirimu, karena aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Aku
membagi shalat antara Aku dengan hambaKu, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang
dia minta. Apabila seorang hamba berkata, ‘Segala puji bagi Allah Rabb semesta
alam.’ Maka Allah berkata, ‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba tersebut
mengucapkan, ‘Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang.’ Allah berkata, ‘HambaKu
memujiKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Pemilik hari kiamat.’ Allah
berkata, ‘HambaKu memujiku.’ Selanjutnya Dia berkata, ‘HambaKu menyerahkan
urusannya kepadaKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Hanya kepadaMulah aku
menyembah dan hanya kepadaMulah aku memohon pertolongan.’ Allah berkata, ‘Ini
adalah antara Aku dengan hambaKu. Dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia
minta’. Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Berilah kami petunjuk jalan yang
lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan
orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat.’ Allah
berkata, ‘Ini untuk hambaKu, dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta.”
(HR. Muslim no. 598)
Shalat lima waktu mempunyai
beberapa keistimewaan dibandingkan semua ibadah wajib lainnya, di antaranya:
a. Shalat 5
waktu merupakan ibadah yang Allah Ta’ala syariatkan kepada Nabi-Nya shallallahu
alaihi wasallam secara langsung tanpa perantara malaikat. Berbeda halnya dengan
kewajiban lainnya yang diwajibkan melalui perantara malaikat.
b. Shalat 5
waktu diwajibkan di langit sementara kewajiban lainnya diwajibkan di bumi. Karenanya
sangat pantas kalau shalat 5 waktu dikatakan sebagai ibadah badan yang paling
utama.
Selain dari keistimewaan di atas,
shalat 5 waktu secara umum dan beberapa shalat di antaranya secara khusu
mempunyai keutamaan yang lain, di antaranya:
a. Shalat 5
waktu akan menghapuskan semua dosa dan kesalahan.
Dari
Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
الصَّلَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ
“Shalat
lima waktu dan shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya adalah penghapus untuk dosa
antara keduanya selama tidak melakukan dosa besar.” (HR. Muslim no. 342)
Dari
Utsman bin Affan radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Tidaklah
seorang muslim didatangi shalat fardlu, lalu dia membaguskan wudlunya dan
khusyu’nya dan shalatnya, melainkan itu menjadi penebus dosa-dosanya terdahulu,
selama dia tidak melakukan dosa besar. Dan itu (berlaku) pada sepanjang zaman.”
(HR. Muslim no. 335)
Pada
kedua hadits di atas dikecualikan dosa-dosa besar, karena memang dosa besar
tidak bisa terhapus dengan sekedar amalan saleh, akan tetapi harus dengan
taubat dan istighfar. Karenanya, yang dimaksud dengan dosa pada kedua hadits di
atas adalah dosa-dosa kecil.
Adapun
patokan dosa besar adalah sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas
radhiallahu anhuma:
اَلْكَبَائِرُ كُلُّ ذَنْبٍ خَتَمَهُ الله ُبِنَارٍ أَوْ لَعْنَةٍ أو غَضَبٍ أَوْ عَذَابٍ
“Dosa-dosa
besar adalah semua dosa yang Allah akhiri dengan ancaman neraka atau laknat
atau kemurkaan atau adzab.” (Riwayat Ibnu Jarir dalam tafsirnya terhadap surah
An-Najm: 32)
Walaupun
asalnya ada perbedaan antara dosa besar dengan dosa kecil, akan tetapi beliau
radhiallahu anhu juga pernah berkata:
لاَ كَبِيْرَةَ مَعَ الْاِسْتِغْفَارِ, وَلاَ صَغِيْرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ
“Tidak
ada dosa besar jika selalu diikuti dengan istighfar dan tidak ada dosa kecil
jika dia dilakukan terus-menerus.”
b. Shalat subuh
senantiasa dihadiri dan disaksikan oleh para malaikat dan dia juga menjadi
saksi.
Allah
Ta’ala berfirman:
أقم الصلاة لدلوك الشمس إلى غسق الليل وقرءان الفجر إنّ قرءان الفجركان مشهودا
“Dirikanlah
shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah
pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”
(QS. Al-Isra`: 78)
c. Shalat ashar
yang merupakan shalat wustha -sebagaimana dalam riwayat Al-Bukhari- dikhususkan
penyebutannya dibandingkan shalat-shalat lainnya.
Dan
ini menunjukkan keistimewaan shalat ashar -dari satu sisi- dibandingkan shalat
lainnya. Allah Ta’ala berfirman:
حافظوا على الصلوات والصلواة الوسطى
“Peliharalah
semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa.” (QS. Al-Baqarah: 238)
d. Menjaga
shalat subuh dan ashar merupakan sebab terbesar masuk surga dan selamat dari
neraka.
Dari
Imarah bin Ru’aibah radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ
صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Tidak
akan masuk neraka seseorang yang shalat sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenamnya.” (HR. Muslim no. 1003)
Dari
Abu Musa radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa
mengerjakan shalat pada dua waktu dingin, maka dia akan masuk surga.” (HR.
Al-Bukhari no. 540 dan Muslim no. 1005)
Dari
Jundab bin Abdullah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa
shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah, oleh karena itu jangan sampai
Allah menuntut sesuatu dari kalian sebagai imbalan jaminan-Nya, sehingga Allah
menangkapnya dan menyungkurkannya ke dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim no.
1050)
Dari
Jarir bin ‘Abdullah radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ فَإِنْ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لَا تُغْلَبُوا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا
“Sesungguhnya
kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini.
Dan kalian tidak akan saling berdesakan dalam melihat-Nya. Maka jika kalian
mampu untuk tidak terlewatkan untuk melaksanakan shalat sebelum terbit matahri
dan sebelum terbenamnya, maka lakukanlah.” (HR. Al-Bukhari no. 521 dan Muslim
no. 1002)
e. Meninggalkan
shalat 5 waktu -atau salah satunya- dengan sengaja karena malas secara
terus-menerus adalah kekafiran.
Allah
Ta’ala berfirman:
وخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا إلا من تاب وآمن وعمل صالحا
“Maka
datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali
orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam: 59-60)
Seandainya
orang yang meninggalkan shalat itu masih mukmin, maka tentunya tidak
dipersyaratkan ketika dia bertaubat dia harus beriman.
Ini
dipertegas dalam hadits Jabir radhiallahu anhuma dia berkata: Saya mendengar
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Sungguh,
yang memisahkan antara seorang laki-laki dengan kesyirikan dan kekufuan adalah
meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 116)
Juga
dalam Abdullah bin Buraidah dari ayahnya radhiallahu anhu dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ تَرْكُ الصَّلَاةِ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“(Pemisah) di antara kami dan
mereka (orang kafir) adalah meninggalkan shalat, karenanya barangsiapa yang
meninggalkannya maka sungguh dia telah kafir.” (HR. Ahmad no. 21929)
DZIKIR HARIAN
Dzikir Harian
adalah melaksanakan dzikir "LAA ILAHA ILALLAH" secara jahar (dengan
ucapan yang terdengar) dengan mencukupkan bilangan 165 atau lebih, serta
melaksanakan dzikir khofi secara tawajuh, yaitu menginggat-ingat ismu dzat
secara sirri (diingatkan dan dirasakan oleh hati, tidak dengan ucapan, dan
dengan tidak dibatas menghitung bilangan).
Pelaksanaanya
setelah selesai sholat fardlu, juga boleh dilaksanakan setelah selesai sholat
sunnat atau amalan ibadah yang lain, atau boleh pada kondisi-kondisi
diperlukan, baik siang ataupun malam.
TATA CARA DZIKIR HARIAN
Tata caranya adalah
sebagai berikut:
1). Sholat Shubuh
Pada waktu shubuh,
dzikir harian ini dilaksanakan setelah salam sholat fardhu shubuh, dan tidak
ada sholat sunnat ba'da shubuh.
2). Sholat Dzuhur
a). Dilaksanakan
setelah salam sholat fardhu dzuhur, dan setelah selesai dzikir, selanjutnya
melaksanakan sholat sunnat ba'da dzuhur 2 atau 4 roka'at 2x salam. Jika sholat
sunnat ba'da dzuhur dilaksanakan 4 roka'at, maka 2 roka'at awal dilaksanakan
secara berdiri (apabila tidak ada uzur), dan 2 roka'at terakhir dilaksanakan
sambil duduk (walaupun tidak ada uzur). Dan apabila 4 roka'at tersebut semuanya
ingin dilaksanakan sambil berdiri, sama sekali tidak ada larangannya.
b). Apabila pada
sholat jum'at, maka dzikir harian ini dilaksanakan setelah salam sholat jum'at,
dan selanjutnya setelah selesai "tawajuh" melaksanakan khotaman dan
seterusnya melaksanakan sholat sunnat ba'da jum'at 2 atau 4 roka'at (seperti
yang telah disebutkan di atas).
3). Sholat Ashar
Pada waktu ashar,
dzikir harian ini dilaksanakan setelah salam sholat fardhu ashar, dan tidak ada
sholat sunnat ba'da ashar.
4). Sholat Maghrib
Pada waktu maghrib:
Dzikir harian ini
dilaksanakan setelah salam sholat fardhu maghrib, dan setelah selesai dzikir
sebaiknya melaksanakan khotaman dan sholat-sholat sunnat:
- Ba'da maghrib 2
roka'at.
- Awwabin 2
roka'at.
- Taubat 2 roka'at.
- Birrulwalidaini 2
roka'at.
- Hifdzil iman 2
roka'at.
- Syukrun nikmat 2
roka'at (sambil duduk walaupun tidak ada uzur, dan sangat tidak ada salahnya
kalau dilaksanakan berdiri) sampai masuk waktu adzan isya.
5) Sholat Isya
Pada waktu isya,
dzikir harian ini dilaksanakan setelah sholat sunnat ba'da isya 2 roka'at
(sambil duduk walaupun tidak ada uzur, dan tidak salah kalau dilaksanakan
dengan berdiri). Dan setelah selesai dzikir, diteruskan melaksanakan sholat
sunnat lidaf'il bala 2 roka'at yang diteruskan melaksanakan khotaman.
6) Dalam
melaksanakan dzikir harian disyaratkan:
- dalam keadaan
punya wudhu yang sempurna.
- kalimat-kalimat
dzikirnya harus dipukulkan dengan kuat pada tempat- tempat (lathifah-lathifah) yang
seharusnya.
- dengan gema dan
suara yang kuat.
7) Suara dzikirnya harus tartil, fasih dan
jelas terdengar makhrojnya (kata demi
kata), tidak boleh berteriak dan kencang-kencang.
8) Jumlah
bilangannya tidak boleh kurang dari 165, dengan diawali menarik dzikir 3x dan
diakhiri menarik dzikir 1x, tetapi kalau sedang sibuk oleh sesuatu, boleh
dicukupkan hanya menarik dzikir yang 3x, dan apabila telah selesai dari
kesibukan-kesibukan tersebut maka dzikir yang ditinggalkan dibayar (diqodlo)
menjadi 165 dikali berapa waktu amalan dzikir harian yang ditinggalkan, waktu
membayarnya boleh diluar waktu sholat fardhu.
9) Apabila dilaksanakan
secara berjama'ah harus tertib, seirama dan senada dan jelas terdengar ucapan
la ilaha illallah-nya, tidak boleh sebagian cepat dan kencang, dan sebagian
yang lain lambat dan pelan, juga tidak boleh menyelisihi imam yang memimpin
dzikir, dan bilangan dzikirnya cukup mencukupi bilangan 165 saja.
10) Apabila dzikir
ini dilaksanakan sendirian ataupun secara berjama'ah pada waktu malam, terutama
pada waktu malam telah larut, tidak boleh bersuara keras-keras, cukup terdengar
oleh telinga sendiri saja.
11) Pada waktu
melaksanakan dzikir, mata harus dipejamkan dan tidak boleh menarik nafas
memutus lafadz dzikir, artinya lafadz la ilaha illallah harus senafas.
DZIKIR HARIAN
Inilah amalan
dzikir harian:
bismillaahir
rohmaanir rohiim
"Dengan Asma
Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang".
ilaa hadlrotin
nabiyyil mushthofaa muhammading shollalloohhu 'alaihhi wa sallama wa 'alaa
aalihhii wa ashhaabihhii wa azwaajihhii wa dzurriyyaatihhii wa limang dakhola
fii baitihhil kiroomi ajma'iina syai-ul lillaahhi lahhumul faatihah.
"Semoga sampai
Rahmat Allah kepada Nabi yang terpilih, yakni Nabi Muhammad saw, dan kepada
keluarganya, sahabat-sahabatnya, istri- istrinya, keturunannya, dan kepada
orang-orang yang pernah masuk kedalam rumah nabi yang mulia semuanya. Segala
perkara itu kepunyaan Allah dan tetaplah kepada-Nya".
astaghfirulloohhal
ghofuuror rohiim (3x).
"Aku memohon
ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
alloohhumma sholli
'alaa sayyidinaa muhammadiw wa 'alaa aalihhii wa shohbihhii wa sallim (3x)
"Ya Allah,
limpahkanlah rahmat-Mu kepada junjunanku Muhammad saw beserta keluarga dan
sahabatnya serta keselamatan".
ilaahhii angta
maqshuudii wa ridlooka mathluubii a'thinii mahabbataka wa ma'rifataka (1x).
"Wahai
Tuhanku, Engkaulah yang aku tuju, dan keridloan-Mu yang aku cari, berikanlah
kepadaku kecintaan kepada dan ma'rifat kepada-Mu".
Selanjutnya menarik
dzikir (sebagaimana yang telah ditalqinkan):
laa ilaahha
illallooh (3x).
"Tiada Tuhan
selain Allah".
Kemudian berdzikir
la ilaha illalloh 165x, dan ditutup dengan membaca:
sayyidunaa
muhammadur rosuulullooh shollalloohhu 'alaihhi wa sallam.
"Junjunanku
Muhammad utusan Allah. Rahmat Allah kepadanya dan keselamatan".
Selanjutnya
berdo'a:
bismillaahhir
rohmaanir rohiim
"Dengan Asma
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".
alloohhumma sholli
'alaa sayyidinaa muhammadiw wa 'alaa aali sayyidinaa muhammad, sholatang
tungjiinaa bihhaa ming jamii'il ahhwaali wal afaati wa taqdlii lanaa bihhaa
jamii'al haajaati wa tuthohhiruunaa bihhaa ming jami'is sayyi-aati wa
tarfa'unaa bihhaa 'ingdakaa a'laddarojaati wa tuballighuunaa bihhaa aqshol
ghooyaati ming jamii'il khoirooti fil hayaati wa ba'dal mamaati, innal ladziina
yubaayi'uunaka innamaa yubaayi'uunalloohha yadulloohhi fauqo aydiihhim faman
nakatsa fa-innamaa yangkutsu 'alaa nafsihhii wa man aufaa bimaa 'aahhada
'alaihhulloohha fasayu-tiihhi ajron 'azhiimaa.
"Ya Allah,
limpahkanlah rahmat-Mu kepada junjunanku Muhammad saw beserta keluarganya.
Hanya rahmat-Mu yang menyelamatkan aku dari semua marabahaya, dan mengabulkan
aku dengan sebab rahmat-Mu dari semua keperluan aku, dan menyucikan aku dengan
sebab rahmat-Mu dari segala kesalahan, dan mengangkat aku dengan sebab
rahmat-Mu di sisi-Mu kepada derajat yang tinggi, dan menyampaikan aku dengan
sebab rahmat-Mu kepada puncak kebaikan dari mulai hidup dan setelah mati.
Sesungguhnya orang-orang yang berbai'at kepadamu itu sesungguhnya berbai'at
kepada Allah, tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa melanggar
ba'iat (janji)nya, niscaya akibatnya akan menimpa dirinya sendiri, dan
barangsiapa yang menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya
pahala yang besar".
(Setelah do'a
tersebut di atas, selanjutnya bisa ditambah dengan do'a yang lain sekehendak
kita menurut kebutuhan).
ilaa hadlrotin
nabiyyil mushthofaa muhammading shollalloohhu 'alaihhi wa sallama wa 'alaa
aalihhii wa ashhaabihhii wa azwaajihhii wa dzurriyyaatihhii wa limang dakhola
fii baitihhil kiroomi ajma'iina syai-ul lillaahhi lahhumul faatihah.
"Semoga sampai
Rahmat Allah kepada Nabi yang terpilih, yakni Nabi Muhammad saw, dan kepada
keluarganya, sahabat-sahabatnya, istri- istrinya, keturunannya, dan kepada
orang-orang yang pernah masuk kedalam rumah nabi yang mulia semuanya. Segala
perkara itu kepunyaan Allah dan tetaplah kepada-Nya".
tsumma ilaa arwaahi
ahhlis silsilatil qoodiriyyati wan naqsyabandiyyati wa jamii'i ahhlith thuruqi
khushuushon ilaa hadlroti sulthooni auliyaa-i ghoutsil a'zhomi qutubil
'aalamiinas sayyidisy syaikhi 'abdil qoodiril jailaanii qoddasalloohhu sirrohhu
was sayyidisy syaikhi abiil qoosim junaidil baghdaadiyyi was sayyidisy syaikhi
ahmad khootib syambaasii ibnu 'abdil ghofaari was sayyidisy syaikhi tholhah
kali sapu cirebon was sayyidi syaikhi 'abdul kariimi banten wa hadlroti
syaikhinaal mukarromi.......... wa ushuulihhim wa furuu'ihhim wa ahhli
silsilatihhim wal aakhidziina 'anhhum syai- ul lillaahhi lahhumul faatihah.
"Semoga rahmat
Allah sampai kepada ruh ahli silsilah thoriqot qodiriyah naqsyabandiyah dan
kepada seluruh ahli tarekat, khususnya kepada Sulthon Auliya penolong agung
pakunya alam yakni syekh Abdul Qodir Al-Jailani q.s, dan kepada Syekh Abil
Qosim Junaid Al-Baghdadi, dan kepada Syekh Ahmad Khotib Sambas Abdul Ghofar,
dan kepada Syekh Tholhah Kalisapu Cirebon, dan kepada Syekh Abdul Karim Banten,
dan kepada guru kita yang mulia........ dan kepada para leluhurnya, cabang-
cabangnya, ahli silsilahnya, dan kepada yang mengambil berkah kepada semuanya.
Segala perkara itu kepunyaan Allah maka tetaplah kepada-Nya".
tsuma ilaa arwaahi
aabaa-ina wa ummahhaatinaa wa likaffatil muslimiina wal muslimaati wal
mu'miniina wal mau'minaatil ahyaa-i minhhum wal amwaati syai-ul lillaahhi
lahhumul faatihah.
"Semoga Allah
menyampaikan rahmat kepada bapak-bapak kami, ibu-ibu kami dan kepada semua
muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang
telah wafat. Segala perkara kepunyaan Allah dan tetaplah kepada-Nya.
Alfatihah".
astaghfirulloohha
robbii ming kulli dzambiw wa atuubu ilaihhi (3x).
"Aku memohon
ampunan kepada Allah Tuhanku dari segala dosa, dan aku bertaubat
kepada-Nya".
alloohhumma sholli
'alaa muhammadiw wa 'alaa aali muhammading kamaa sholaita 'alaa ibroohhiima wa
'alaa aali ibroohhiima wa baarik 'alaa muhammadiw wa 'alaa aali muhammading
kamaa barokta 'alaa ibroohiima wa 'alaa aali ibroohhiima fil 'aalamiina innaka
hamiidum majiid.
"Ya Allah,
semoga Engkau melimpahkan rahmat kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarganya,
seperti halnya Engkau melimpahkan rahmat kepada Nabi Ibrohim beserta
keluarganya, dan semoga Engkau melimpahkan berkah kepada Nabi Muhammad saw
beserta keluarganya, seperti halnya Engkau melimpahkan barokah kepada Nabi
Ibrohim dan keluarganya. Di seluruh alam Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Agung".
ilaahhii angta
maqshuudii wa ridlooka mathluubii a'thinii mahabbataka wa ma'rifataka (1x).
"Wahai
Tuhanku, Engkaulah yang aku tuju, dan keridloan-Mu yang aku cari, berikanlah
kepadaku kecintaan kepada dan ma'rifat kepada-Mu".
Ketika tawajuh: ( Dzikir Khofi )
- mata dipejamkan,
- mulut dirapatkan,
- geraham ditekan,
- lidah dilipat keatas langit-langit mulut,
- kepala ditundukkan kearah dada sebelah kiri kuran lebih 2 jari di bawah susu,
- anggota badan yang lain dilepas-lelahkan (tidak membuat gerakan apapun),
- nafas ditahan selama bertawajuh, dan
- dalam hati mengucapkan atau merasakan ismu dzat sebanyak-banyaknya sampai nafas tidak kuat ditahan lagi.
Selanjutnya
Tawajjuh, dengan cara kepala ditundukkan kebawah arah susu kiri dengan mata terpejam,
bibir dirapatkan, gigi ditekan, lidah dilipatkan keatas langit-langit mulut,
nafas ditahan, tidak bergerak sedikitpun, dan hati berdzikir khofi sekuatnya
menahan nafas.